RASULULLAH SAW SEBAGAI USWATUN HASANAH
DALAM SEGALA ASPEK KEHIDUPAN
(Muhammad Rosid Ridho,S.Pd.I)
PENDAHULUAN
Saat
ini bangsa Indonesia sedang mengalami bencana yang begitu besar, yaitu bencana
runtuhnya keteladanan para pemimpin. Sulit kiranya untuk mendapatkan pemimpin
yang visioner, kompeten dan memiliki integritas yang tinggi. Pada umumnya
mereka yang duduk di jabatan kepemimpinan saat ini lebih karena faktor politik
semata dan berorientasi pada kepentingan pribadi dan golongan. Perilaku seperti
ini mengakibatkan terabaikannya nilai-nilai keteladanan yang semestinya selalu
melekat pada setiap gerak dan langkah seorang pemimpin.
Krisis
keteladanan dari para pemimpin ini berdampak pada merosotnya moralitas
masyarakat Indonesia sebab pada umumnya sikap dan perilaku setiap individu
sangat dipengaruhi oleh perilaku para pemimpin dan figur idola yang mereka
lihat sehari-hari. Jika dibandingkan dengan negara-negara lain, persoalan moral
di Indonesia menempati posisi yang sangat memprihatinkan. Mungkin Indonesia
adalah satu-satunya negara di dunia,
yang mana anak usia SD dapat dengan mudahnya mendapatkan majalah, tabloid
dan VCD porno di lampu-lampu merah dan
di kios-kios pedagang kaki lima. Negara yang paling liberal sekalipun seperti
Amerikat Serikat, Inggris Jerman dan
Australia mensyaratkan usia 18 atau 21 tahun untuk memiliki barang haram
tersebut dengan menunjukkan KTP atau SIM. Demikian juga dengan pembelian rokok,
mereka mensyaratkan dengan ketentuan yang sama (Antonio, 2007). Kemrosotan
moral di Indonesia juga terlihat pada banyaknya kasus narkoba yang terungkap
bahwa sebagian aparat penegak hukum juga ikut bermain sebagai backing ataupun
sebagai pemakai dan distributor.
Pada
masalah tindak kejahatan korupsi, kebocoran anggaran negara lebih parah dibandingkan pada masa orde baru. Jika dahulu korupsi
terkonsentrasi di pemerintah pusat, maka sekarang korupsi dilakukan secara
berjama’ah dan massal di semua lapisan birokrasi. Sebagai contoh, lahirnya
sistem Otonomi Daerah dengan memberikan kewenangan yang lebih di tingkat
pemerintah daerah baik dalam segi anggaran maupun pelaksanaan belum dapat
dipahami dan dilaksanakan dengan baik bahkan semakin salah arah dan sengaja
diselewengkan. Hal ini membuka pintu lebar terhadap munculnya praktik korupsi
secara massif di tingkat daerah.
Praktik
korupsi di tingkat daerah juga disebabkan karena sistem pemilihan Kepala Daerah
disikapi dengan budaya yang tidak baik oleh para pemilih dan yang dipilih,
yaitu berorientasi pada uang (money
oriented). Sebagai contoh untuk menjadi seorang kepala daerah (gubernur,
bupati atau walikota) di Pulau Jawa atau di daerah-daerah tertentu di pulau
Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, pada tahun 2004 dibutuhkan biaya kampanye
minimal 7 sampai dengan 15 Milyar Rupiah. Modal sebesar itu biasanya didapatkan
dengan cara meminjam kepada beberapa pengusaha atau diberikan oleh sponsor
/perusahaan dengan syarat ketika nanti berhasil menjabat, perusahaan tersebut
diberikan beberapa tender dari proyek pemerintah walaupun dengan nominal yang
sangat tidak menguntungkan bagi pemerintah. Maka ketika Kepala Daerah terpilih
telah dilantik, dia harus segera melunasi hutang –hutangnya kepada para pemberi
modal. Hutang-hutang ini tidak mungkin
lunas jika hanya dibayar dengan gaji strukturalnya karena take-home payment resmi para pejabat
waktu itu tidak lebih dari 15 s/d 20 juta per bulan. Jika ditambah dengan berbagai
tunjangan resminya mungkin mencapai 50 s/d 100 juta per bulan. Pendapatan ini
jika dijumlahkan selama 5 tahun sesuai masa jabatannya berarti 100 juta x 60
bulan sama dengan 6 Milyar Rupiah. Lantas dari mana dia akan melunasi hutangnya
dan mencukupi kebutuhan hidup keluarganya? Jawabnya dengan menitipkan
presentasi tertentu dari APBD ke kontraktor. Sehingga jika kontraktor ingin
menang tender, mereka harus menyerahkan 5, 10 hingga 20 persen dari anggaran
proyek kepada Kepala Daerah setelah kontraktor dinyatakan menang tender.
Tambahan penghasilan tidak halal lainnya juga bisa di dapatkan dari perijinan
perusahaan-perusahaan di wilayahnya (Antonio, 2007).
Para
pejabat yang lebih mengedepankan pola pikir pragmatis dan materialis menguatkan
misi Amerika dalam membangun isu globalisasi melalui TTO, World Bank, dan IMF.
Lembaga-lembaga bentukan dominasi otoritas Amerika itu ditawarkan seolah-olah
sebagai solusi keterpurukan kondisi ekonomi negara berkembang namun pada
kenyataannya adalah demi keuntungan mereka sendiri dalam rangka menguatkan
posisi sebagai negara adidaya. Indonesia semakin tidak memiliki kemandirian
dalam hal ekonomi (Rais, 2008).
Kondisi
seperti ini jika dibiarkan berlarut-larut maka cepat atau lambat bangsa
Indonesia akan menuju kepada kehancuran. Perlu adanya pemikiran dan aksi nyata
untuk menghidupkan kembali para pemimpin yang mampu memberikan keteladanan dan
perubahan bagi bangsa yang sudah kronis ini. Pemimpin yang mampu
mengejowantahkan nilai-nilai keteladanan Rasulullah SAW dengan sifat sidiq,
amanah, fatonah dan tablig nya.
Rasulullah
SAW bersabda “Setiap dari kalian adalah
pemimpin dan setiap dari kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang
dipimpinnya”. Artinya seorang presiden adalah pemimpin bagi sebuah negara,
seorang kepala daerah adalah pemimpin bagi masyarakat di daerahnya, seorang
guru adalah pemimpin bagi murid-muridnya, seorang ayah adalah pemimpin bagi
istri dan anak-anaknya, seorang istri adalah pemimpin bagi anak-anak dan
orang-orang menjadi tanggungannya, begitu juga seorang kakak adalah pemimpin
bagi adik-adiknya. Untuk itu marilah, setiap individu yang beriman kepada Allah
dan rasul-Nya hendakya berusaha untuk memberikan keteladanan kepada anggota
yang dipimpinnya sesuai dengan uswatun
hasanah yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam berbagai aspek
kehidupan.
Meneladani
pribadi Rasulullah SAW adalah sebuah kewajiban yang diperintahkan oleh Allah
SWT kepada setiap pribadi muslim. Allah
berfirman dalam QS.An-Nisa’: 59 :
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qãèÏÛr& ©!$# (#qãèÏÛr&ur tAqߧ9$# Í<'ré&ur ÍöDF{$# óOä3ZÏB ( bÎ*sù ÷Läêôãt»uZs? Îû &äóÓx« çnrãsù n<Î) «!$# ÉAqߧ9$#ur bÎ) ÷LäêYä. tbqãZÏB÷sè? «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ÌÅzFy$# 4 y7Ï9ºs ×öyz ß`|¡ômr&ur ¸xÍrù's? ÇÎÒÈ
Artinya: “ Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), dan ulil amri
(pemimpin) di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya),
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Allah juga berfirman di dalam QS. Al
Ahzab : 21 :
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_öt ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sur ©!$# #ZÏVx. .
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.
Berangkat dari pemahaman tersebut,
maka melalui makalah ini akan saya sampaikan tentang kesempurnaan pribadi
Rasulullah SAW dan keteladanan Rasulullah SAW dalam memimpin umat.
PEMBAHASAN
A.
KESEMPURNAAN PRIBADI RASULULLAH SAW
Mahammad
SAW dikenal sebagai seorang yang sangat tinggi kemuliaan akhlaknya. Pengakuan
tersebut datang dari masyarakat yang telah mengenal beliau sejak kecil sehingga
di usia remaja beliau telah menyandang gelar Al Amin (orang yang terpercaya). Bahkan Allah juga memujinya dengan
ungkapan:
y7¯RÎ)ur 4n?yès9 @,è=äz 5OÏàtã ÇÍÈ
“ Dan
Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.(QS.Al Qalam: 4)
Rasulullah
SAW pernah mengalami berbagai keadaan dalam hidupnya. Beliau pernah mengalami
hidup susah, ketika beliau harus tumbuh berkembang menjadi dewasa tanpa
didampingi oleh kedua orangtuanya dan diasuh oleh pamannya yang kehidupannya sangat
sederhana. Kondisi tersebut telah mendidik beliau menjadi anak yang mandiri,
disiplin, sederhana dan bertanggung jawab. Dengan demikian dapat menjadi
teladan bagi orang-orang yang sedang mengalami kesulitan di dalam kehidupannya. Beliau pernah menjadi
orang kaya . kekayaan beliau didapatkan dan dipergunakan dengan cara yang halal
dan mulia . sehingga kekayaan tersebut tidak membuat beliau menjadi sombong,
sebaliknya beliau tetap hidup sederhana, dan bersahaja serta tidak
membeda-bedakan antara si kaya dan si miskin. Hal ini dapat menjadi teladan
bagi orang-orang yang diberi kekayaan banyak agar mereka tetap bersabar dengan
kekayaannya. Beliau pernah menjadi pemimpin dalam berbagai bidang sehingga kita
dapat meneladani kepemimpinannya.
Kemuliaan
akhlak Rasulullah SAW tidak berhenti pada masanya saja. Bahkan setelah 16 abad
berlalu kemuliaan itu masih tetap diakui oleh umat manusia yang mempelajari
sejarah perjalanan hidup beliau. Prof K.S Ramakhrisna (1989), seorang ahli
filsafat di India dalam bukunya Muhammad
the Prophet of Islam memberi
komentar demikian:
..ia tidak belajar ilmu filsafat di sekolah Athena atau
Roma, Persia, Cina dan India. Tetapi ia dapat memproklamirkan kebenaran yang
tertinggi dari nilai abadi kepada umat manusia. Dirinya buta aksara tetapi beliau
dapat berbicara dengan kefasihan lidah dan kegairahan untuk menggerakkan
manusia menangis dalam kegembiraan. Dilahirkan sebagai anak yatim dan diberkati
tanpa harta benda duniawi, beliau dicintai semua orang. Beliau tidak belajar di
akademi militer, tetapi beliau dapat menyusun pasukannya melawan rintangan yang
tak seimbang dan memperoleh kemenangan-kemenangan melalui kekuatan moral yang
beliau susun. Manusia berbakat dengan kejeniusan retorik memang jarang.
Termasuk Descartes, memasukkan Muhammad sebagai orator yang sempurna di antara
orator-orator yang jarang di dunia.
Nilai
keteladanan beliau dalam kepemimpinan dan manajemen yang beliau wariskan masih
sangat relevan untuk digunakan oleh para pemimpin masa kini baik kepemimpinan
dalam lingkup terkecil seperti kepemimpinan untuk diri sendiri maupun
kepemimpinan dalam bidang rumah tangga, bisnis, sosial, politik, pendidikan,
hukum, militer dan pemerintahan. Hal ini karena keluhuran budi dan
kecerdasannya telah beliau terapkan dalam setiap jejak langkahnya sehingga
meraih kesuksesan dalam segala bidang. M.H.Hart,
dalam bukunya yang berjudul The 100: A Ranking of The Most Influential Persons
in History mengatakan: “pilihanku untuk menempatkan Muhammad pada urutan
pertama dalam daftar orang-orang yang paling berpengaruh di dunia mungkin akan
mengejutkan sebagian pembaca dan mengundang berbagai pertanyaan, tetapi sejarah
telah mencatat bahwa dia adalah satu-satunya manusia yang memiliki kesuksesan
luar biasa, baik pada bidang keagamaan maupun bidang non keagamaan”.
B.
USWATUN HASANAH RASULULLAH SAW DALAM
MEMIMPIN UMAT.
Dalam makalah ini kami batasi hanya
membahas tentang uswatun khasanah Rasulullah SAW dalam membangun bisnis dan
wirausaha, membina keharmonisan keluarga, dan dalam membangun masyarakat yang
madani.
1.
Uswatun Hasanah Rasulullah SAW dalam
Mengembangkan Bisnis dan Wirausaha
Rasulullah SAW adalah pelaku bisnis yang
sukses di masa mudanya. Beliau mulai mengenal dunia perdagangan pada usia 12
tahun dengan cara magang untuk berdagang bersama pamannya yaitu Abu Thalib.
Beliau di usia 17 tahun mulai merintis untuk menjalankan bisnisnya sendiri di
kota Mekah dengan cara membeli barang kemudian menjualnya kembali kepada orang
lain.
Ketika awal beliau menjalankan bisnis
secara mandiri, beliau sangat fokus untuk mencari investor yang bisa diajak
bekerja sama dalam hal pemberian modal. Dengan sifat jujur dan kerja keras
beliau banyak para investor yang ingin bekerja sama dengan beliau. Termasuk para
janda kaya dan anak-anak yatim yang tidak mampu menjalankan bisnis sendiri
dengan modal yang dimilikinya.
Ketika beliau menikah dengan Siti
Khatijah dan terus mengelola perdagangannya, maka karir beliau terus melejit.
Pada waktu menginjak usia 30-an beliau menjadi investor dan mulai banyak waktu
untuk memikirkan kondisi masyarakat. Pada saat itu beliau sudah mencapai apa
yang diistilahkan oleh Robert Kiyosaky sebagai kebebasan uang (financial freedom) dan waktu (Antonio,
2007). Profesi pedagang itu terus digeluti dan di kembangkan oleh Rasululllah
SAW hingga kira-kira usia 37 tahun menjelang beliau diangkat menjadi nabi.
Prinsip-prinsip Rasulullah SAW yang telah
membuat dirinya sukses dalam menjalankan bisnis perdagangan antara lain:
a.
Uang bukan modal utama dalam
berbisnis, namun yang paling penting adalah usaha membangun kepercayaan
sehingga beliau dikenal memiliki gelar Al Amin. “Money is not number one capital in business, the number one capital is
trust” . Beliau menghindari praktek-praktek kecurangan dalam jual beli
seperti mengurangi timbangan, menyembunyikan cacat barang dagangan, berbohong
dan lain-lain.
b.
Kompetensi dan kemampuan teknis yang
terkait dengan usaha harus dimiliki dan terus diasah. Beliau mengenal betul
seluk beluk perdagangan dan perekonomian. Beliau mengetahui keuntungan jual
beli yang sehat dan bahaya riba. Sehingga beliau menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba.
c.
Memiliki kemandirian dalam berdagang
atau jiwa wirausaha. Setelah mendapatkan pengalaman berdagang yang cukup beliau
mencoba membangun usaha dagang sendiri bahkan membuka lapangan pekerjaan bagi
oarang lain.
2.
Uswatun Hasanah Rasulullah SAW dalam
Membina Keluarga
Kesuksesan
seseorang dalam membina keluarga yang harmonis
adalah salah satu kriteria kesuksesan seseorang. Banyak para pemimpin
yang sukses dalam berkarir namun rumah tangganya kandas di tengah jalan. Mereka
sukses membangun perusahaan, namun gagal dalam membangun keluarga. Mereka sibuk
dengan upaya peningkatan SDM bagi karyawan, namun melupakan pemberian perhatian
kepada anak-anaknya sehingga anak-anak salah dalam bergaul dan terjerumus ke
dalam pemakaian narkoba.
Rasulullah
SAW adalah seorang yang memiliki kesibukan luar
biasa. Seperti tugas beliau sebagai rasul untuk menerima dan mengajarkan
ribuan ayat yang diturunkan kepadanya, sebagai komandan perang yang telah
memimpin 19 kali perang besar dan 53 ekspedisi militer, tugas sebagai qadhi yang
memutuskan semua perkara syariah umatnya, sebagai imam salat setiap waktu di
masjid Nabawi, sementara baginya salat tahajud adalah wajib. Namun kesibukan
Rasulullah tidak membuat perhatian kepada keluarga terabaikan. Beliau tetap
menyempatkan untuk membina keharmonisan di dalam keluarga. Keharmonisan
tersebut dapat terlihat dalam peran beliau ketika menjadi suami bagi istri,
ayah bagi anak-anaknya, mertua bagi menantu-menatunya dan kakek bagi
cucu-cucunya.
a.
Sebagai seorang suami beliau sangat
menghargai dan mencintai istrinya.
Rasulullah SAW adalah teladan yang
baik dalam membina keluarga dilakukan dengan penuh rasa cinta karena Allah SWT.
Kecintaan Rasulullah SAW kepada istri sudah terlihat pada awal pernikahannya
dengan Siti Khatijah. Ketika menikah
dengannya beliau memberikan mas kawin 20
onta muda dan 125 gram emas yang bersumber dari hartanya sendiri. Mas kawin
sebesar itu jika disesuaikan dengan harga sekarang barangkali lebih dari 500
juta rupiah.
Selama 25 tahun beliau hanya
beristrikan Siti Khatijah. Yaitu selama 15 tahun sebelum kenabian dan 10 tahun
sesudah kenabian. Rasulullah SAW baru berpoligami setalah Siti Khatijah tiada
dan mendapat petunjuk dari Allah untuk menikah dengan beberapa orang dalam
rangka mendukung dakwah dan penyelamatan aqidah. Waktu itu beliau telah berusia
50-an tahun. Hal ini sekaligus menampik tudingan bahwa Rasulullah SAW menikah
karena hawa nafsu. Jika Rasulullah SAW menikah karena hawa nafsu tentunya
beliau sudah berpoligami dengan gadis-gadis cantik di usia mudanya.
Keharmonisan keluarga Rasulullah SAW
juga disebabkan karena beliau memperlakukan istri dengan baik. Kebaikan beliau
antara lain sebagai-berikut:
1)
Membantu istrinya ketika hendak naik
kendaraan.
2)
Mencium istri sebelum bepergian
3)
Makan sepiring berdua
4)
Berlemah lembut dan menemani istri
yang sakit
5)
Bersenda gurau membangun keakraban
6)
Tetap romantis dan mesra walaupun
istri sedang haid
7)
Mandi bersama
8)
Saling membersihkan setelah
berhubungan
9)
Bersandar di atas dada istri dan
tidur di atas pahanya
10)
Suami istri berpelukan di saat tidur
11)
Mengajak istri bepergian keluar
kota.
12)
Mengajak istri jalan-jalan di malam
hari
13)
Mengajak istri makan di luar
14)
Menyuapi istrinya
15)
Mencium istri dari waktu ke waktu
16)
Mengantar istri ketika keluar
17)
Memanggil istri dengan panggilan
sayang
18)
Mengajak olah raga
19)
Memberikan sesuatu yang disenangi
istri
20)
Memperhatikan perasaan istri
b.
Sebagai seorang ayah beliau sangat
menyayang anak-anaknya. Sebagai contoh ketika hendak perang Badar, Rasulullah
SAW berpesan kepada Usman bin Affan untuk tidak ikut berperang namun agar
menjaga istrinya, ruqayyah, yaitu putri beliau yang sedang sakit. Tak lama
kemudian ruqayyah meninggal. Setiba kembali dari perang Badar, pertama kali
yang dilakukan Rasulullah SAW adalah mendatangi tempat dikuburkannya ruqayyah
ditemani oleh putri bungsu beliau yaitu Fathimah.
c.
Sebagai mertua Rasulullah SAW juga
sangat peduli dengan menantu-menantunya. Misalkan ketika Ruqayyah telah tiada
Usman bin Affan diminta untuk menikah dengan adiknya Ruqayyah, yaitu Ummu
Kulsum.
d.
Sebagai kakek Rasulullah SAW begitu
sayang terhadap cucu-cucunya. Misalkan beberapa kali Rasulullah SAW membawa
kedua cucunya ke masjid dengan menggendongnya di atas bahu. Rasulullah SAW
membiarkan tetap dalam gendongannya walaupun dalam keadaan salat.
3.
Uswatun Hasanah Rasulullah SAW dalam
Memimpin Negara
Menurut
para sejarawan, sejarah awal perkembangan Islam dibagi menjadi dua periode
yaitu periode mekah dan periode madinah. Pada periode mekah ajaran Islam
difokuskan pada tahapan penanaman aqidah dan akhlak mulia dengan kekuatan
dakwah yang masih sangat minim karena umat muslim merupakan kaum minoritas yang
tertindas oleh orang kafir Quraisy. Rasulullah SAW tidak memiliki otoritas di
mekah sehingga perkembangan Islam pun sangat lambat. Setelah beliau dan
muslimin mekah hijrah ke madinah pada tahun 13 kenabian, barulah Islam
berkembang dengan pesat.
Di
Madinah Rasulullah SAW menyusun kekuatan umat Islam dengan cara
mempersaudarankan antara kaum Muhajirin dengan kaum Anshar. Dengan adanya
hubungan persaudaraan tersebut umat Islam tidak membeda-bedakan antar pendatang
atau pribumi dan terjalin kerjasama yang harmonis. Kaum muhajirin dibantu oleh
kaum Anshar dengan tempat tinggal dan modal usaha, sedangkan kaum Anshar
terbantu dalam pemasaran hasil pertanian mereka. Kaum muhajirin rata-rata
adalah seorang pedagang sedangkan kaum Anshar rata-rata adalah seorang petani.
Dengan bersatunya ahli produksi dan ahli marketing maka mereka saling
memberikan penguatan ekonomi.
Konsep
mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar yang di cetuskan oleh Rasulullah SAW di
Madinah adalah merupakan sarana ampuh untuk menyatukan umat Islam di sana.
Konsep ini pun belakangan juga digunakan dalam revolusi Perancis dengan
semboyan “ Liberte, egalite, fraternite” (“kebebasan, kesetaraan, persaudaraan”).
Setelah
diangkat menjadi pemimpin, Rasulullah SAW juga mengembangkan kerjasama dan
toleransi antar penduduk yang tinggal di
Madinah, yang antara lain terdiri dari kaum Muhajirn, kaum Anshar, suku
Khazraj, suku Auz, Yahudi) sehingga terjalin kerukunan dan persatuan. Prinsip
kerjasama dan toleransi tersebut dituangkan dlam deklarasi Piagam Madinah.
Kepemimpinan
Rasulullah SAW tidak diskriminatif terhadap kaum minoritas (kafir zimmi).
Setiap warga negara memiliki kesetaraan
dalam hak dan kewajiban tanpa memperhatikan Islam atau non Islam, masyarakat
arab atau non arab, Pendatang atau pribumi.
Dalam
rangka memperkuat posisi Madinah sebagai negara yang masih belum lama berdiri
dan menjaga keamanan warganya dari gangguan suku quraisy, Rasulullah tidak
selalu mengambil keputusan berperang, namun menempuh jalur diplomatik.
Rasulullah SAW adalah seorang yang pandai dalam berdiplomasi. Sehingga muncul
Perjanjian Hudaibiyah yang seakan-akan isinya menguntungkan kaum quraisy, namun
kenyataannya adalah sebaliknya yaitu kemenangan berpihak pada Rasulullah SAW.
Kemenagna yang dimaksud adalah:
a.
Dengan adanya perjanjian Hudaibiyah,
berarti kaum Quraisy telah membuat pengakuan bahwa Rasulullah SAW adalah
pemimpin bagi umat Islam dan warga Madinah. Mereka juga mengakui bahwa kekuatan
politik Rasulullah SAW seimbang dengan kekuatan politik mereka.
b.
Dalam perjanjian tersebut kaum
Quraisy memperbolehkan kaum muslim dan warga Madinah memasuki kota Mekah dan
berziarah ke Ka’bah untuk berhaji atau berumrah. Secara tidak langsung mereka
telah mengakui bahwa Islam adalah bagian dari agama-agama yang diakui di
Jazirah Arab sehingga memiliki hak yang sama atas Ka’bah.
c.
Umat Islam menjadi lebih tenang
dalam beraktivitas dagang dan pengembangan wilayah tanpa ada gangguan dari kaum
Quraisy.
d.
Sesuai dengan isi perjanjian,
anggota masyarakat Quraisy yang ingin bergabung dengan Madinah dikembalikan
oleh Rasulullah SAW. Akhirnya mereka memilih untuk membuat kelompok-kelompok
sendiri di luar Madinah dan mengganggu kafilah-kafilah dagang Quraisy sehingga perekonomian Quraisy menjadi
terganggu dan melemah. Sedangkan dari pihak Rasulullah SAW tidak ada anggotanya
yang ingin bergabung dengan Quraisy melainkan mereka yang imannya sanagt lemah
dan tidak loyal dengan pimpinan.
Mengingat
begitu hebatnya ajaran Islam dalam mengatur umat manusia untuk mencapai puncak
kejayaan dan peradaban seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam
kehidupan praktisnya, maka sudah sepantasnyalah bangsa Indonesia yang mayoritas
beragama Islam harus kembali kepada petunjuk yang sebenarnya itu dalam rangka
menyiapkan generasi muda dan para pemimpin masa depan yang berkarakter melalui
gerakan perubahan sosial dan pendidikan. Bangsa ini harus memiliki kesungguhan
dalam meneladani sikap, perilaku dan kebijakan Rasulullah SAW dalam berbagai
aspek kehidupan.
Sebagai
umat islam tentu harus memiliki kepercayaan jika ajaran Al-Qur’an dan sunnah
rasulullah SAW bahkan dalam pendidikan karakter adalah merupakan konsep
paripurna. Konsep ini yang akan senantiasa relevan sampai akhir zaman.
Fazlurrahman (dalam Amal: 1993) mengatakan : “ tanpa kepercayaan yang amat
penting ini, tak satupun bahkan yang menjadi muslim nominal”.
KESIMPULAN
Rasulullah
SAW adalah pribadi yang amat mulia. Kemuliaan karakter yang beliau miliki telah
terbukti menghantarkan beliau mencapai berbagai macam kesuksesan, baik dalam
bidang ekonomi, parenting, politik mupun pemerintahan. Kesuksesan beliau tidak hanya diakui oleh para
sahabat pada waktu itu, bahkan hingga sekarangpun dunia masih mengakui
kesuksesan beliau.
Bangsa
Indonesia sudah saatnya untuk bangkit dan melakukan sebuah perubahan, yaitu
dengan memperbaiki karakter bangsa yang sudah carut marut seperti sekarang ini.
Ketaladanan dari karakter Rasulullah SAW harus tercermin dari setiap sikap dan
perilaku para pemimpin bangsa jika menginginkan bangsa ini bangkit dari
keterpurukan.
Generasi
muda pun perlu dipersiapkan dengan pendidikan yang tepat agar menjadi
pemimpin-pemimpin masa depan yang memiliki karakter mulia sebagaimana yang
dimiliki oleh Rasulullah SAW. Dengan demikian tidak ada hal yang mustahil bahwa
Indonesia masa depan akan menjadi bangsa yang mandiri, tangguh, adil, makmur,
sejahtera, memiliki kekuatan politik di mata dunia, dan menjunjung tinggi
kemuliaan peradaban.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, M.Ec., Dr.
Muhammmad Syafi’i, 2007, MUHAMMAD SAW
THE SUPER LEADER SUPER MANAJER , Jakarta, Tazkia Multimedia & ProLM Centre
Rais, Dr. Mohammad
Amin, 2008, AGENDA MENDESAK BANGSA (SELAMATKAN INDONESIA) Yogyakarta, PPSK
Press.
Amal, Taufiq
Adnan, 1993, ISLAM DAN TANTANGAN MODERNITAS,
Bandung, Mizan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar