Rabu, 16 September 2020

DOA TERTINGGAL, KEBAHAGIAAN TERPENGGAL

(Oleh: Muhammad Rosid Ridho)

Sore hari yang begitu cerah. Nampak sedikit awan menghiasi langit yang biru. Angin berhembus ringan, menambah pesona alam kawasan Sukoharjo Makmur. 

Sukoharjo memang memiliki keindahan alam dan tata kota yang cukup memukau. Di pusat perkotaan, terkhusus di kawasan Sukoharjo kota dan solo baru, berderet gedung megah yang menjulang dengan taman-tamannya yang indah. Tak terlewatkan, lampu-lampu cantik di sepanjang jalan dan di sela-sela gedung yang tertata rapi menambah kemolekan wajah kawasan ini. Di beberapa tempat masih terhampar area persawahan yang menghijau dengan tanaman padi. Pertanian di daerah Sukoharjo sangat didukung dengan banyaknya lahan persawahan yang subur. Walaupun, di beberapa titik, lahan persawahan mulai menyempit. Beberapa sudah disulap menjadi komplek perumahan seiring dengan banyaknya masyarakat yang membutuhkan rumah tinggal. 

Keindahan alam juga nampak jelas di beberapa kawasan daerah pinggiran, khususnya di wilayah bagian selatan. Kawasan Sukoharjo bagian selatan, banyak ditemui pegunungan yang begitu memanjakan mata. Beberapa gunung sudah mulai dikelola oleh masyarakat sebagai obyek wisata pendakian. Beberapa obyek wisata di daerah ini antara lain batu seribu, gunung sepikul, pelataran ombo, watu giring, dll.

Sore ini, pak Totok bersama istri dan ketiga anaknya memutuskan untuk jalan-jalan sore dengan mengendarai mobil Grand Livina warna putih keluaran tahun 2015. Sesaat setelah melakukan persiapan ringan, mereka segera masuk ke mobil dan mobil pun dijalankan. Pak Totok menyetir dengan santai sambil menikmati perjalanan. Begitu pula Istri dan anak-anak juga nampak riang dalam canda dan tawa, bahkan sesekali bisa tertawa lepas.

Setelah mereka mampir di toko baju untuk membeli beberapa potong kaos dan celana untuk anak-anak,  mobil kembali jalan dan kemudian berhenti di Taman  Pakujoyo. Sebuah taman bermain yang berada di tengah kota kabupaten Sukoharjo. Taman ini nampak ramai dengan banyaknya pengunjung dan para pedagang. Sebelumnya, tempat ini pernah ditutup untuk menghindari penyebaran virus covid-19.

Tak dinyana-nyana, di taman ini, Aldi, anak bungsu pak Totok yang baru berumur dua tahun terjatuh dan menangis. Sebenarnya luka memar tidak seberapa. Tapi, dengan kejadian itu Bu Lana, istri pak Totok, tiba-tiba marah-marah. Kata-kataya cukup pedas di telinga suami. 

"Papa itu ndak tanggung jawab." 

"Ndak tanggung jawab gimana ma?"

"Ngajak jalan-jalan kok gak mau ngurusin anak. Tuh, Aldi sampai jatuh." 

"Biasa ma, namanya juga anak-anak."

Biasa gimana? sudah, pulang saja. Titik"

Bagai petir menyambar-nyambar di siang bolong. Kebahagiaan, keceriaan, dan kehangatan cinta kasih tiba-tiba lenyap dalam sekejap. Mereka pun pulang dengan saling memendam amarah. Tidak ada lagi canda tawa bahkan walau sekedar tegur sapa. 

Sesampai di rumah, pak Totok merenung. Mengapa acara jalan-jalan yang sebenarnya untuk membangun keceriaan dan keharmonisan keluarga tiba-tiba menjadi bencana? Kenapa hal sepele begini bisa menyulut percekcokan yang luar biasa?

"Astaghfirullah, bukan kah aku tadi belum berdoa?" Pak Totok terperanjat kaget tatkala dirinya teringat bahwa ia bersama keluarga belum membaca doa sewaktu akan berangkat untuk keluar rumah. Ia teringat dengan sebuah hadits yang artinya: 

”Apabila seseorang keluar dari rumahnya kemudian dia membaca doa bismillahi tawakkaltu 'alallahi laa haula wa laa quwwata ilaa billahi, maka disampaikan kepadanya: ‘Kamu diberi petunjuk, kamu dicukupi kebutuhannya, dan kamu dilindungi.’ Seketika itu setan-setan pun menjauh darinya. Lalu salah satu setan berkata kepada temannya, 'Bagaimana mungkin kalian bisa mengganggu orang yang telah diberi petunjuk, dicukupi, dan dilindungi." (HR. Abu Daud).

Pak Totok baru menyadari bahwa setan telah menggoda hati mereka berdua agar terjadi percekcokan. Malam harinya, pak Totok mencoba mendekati istrinya yang masih menyimpan amarah itu dengan mencoba berbicara pelan-pelan. Ia jelaskan bahwa setan telah berhasil menggoda hati mereka berdua disebabkan mereka lupa tidak membaca doa. Mendengar hal itu, Bu Lana kaget dan segera beristighfar atas kekhilafannya menuruti bisikan setan. 

Mereka berdua akhirnya saling bermaaf-maafan. Mereka tidak sudi diperdaya oleh setan untuk saling membenci. Sebaliknya, keduanya berupaya untuk menggapai rahmat Allah dengan menjalin cinta kasih di antara mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar